Sunday 6 July 2014

Rasulullah saw : "Rinduku Kepada Umatku"


Pernahkah kita merasa rindu pada Nabi Muhammad saw. Pernahkah pula kita terfikir beliau amat merindui kita sejak dulu, kini dan selama-lamanya. Kurangnya rindu kita, karena kurangnya ilmu kita akan qisah kemuliaan akhlaq Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam, yang mana zaman sekarang anak-anak dialihkan pandanganya untuk mengidolakan seseorang jagoan yang diangkat oleh sutradara film. Ingatlah bahwa cintanya dan rindunya baginda Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam pada kita semua tidak pernah hilang walaupun ketika ia dipanggil menemui Allah pada penghunjung hayatnya, tetap dibibirnya mengucap dan mengenang kita semua dengan kalimah “Umati..Umati” atau “Umatku..Umatku..” .


Begitulah gambaran hebatnya rindu Rasulullah saw pada kita semua. Di kisahkan pada suatu hari ketika Rasulullah saw bersama-sama sahabatnya seraya baginda bertanya kepada mereka : “Siapakah yang paling menakjubkan imannya?” tanya Rasulullah. “Malaikat,” jawab sahabat. “Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka sentiasa dengan Allah,” jelas Rasulullah.Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, “Para nabi.””Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.””Mungkin kami,” jawab seorang sahabat.”Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kau,” balas Rasulullah menyangkal hujah
sahabatnya itu.”Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui,” jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.”Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan semua isinya. Beruntunglah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan beruntunglah orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku (rasulullah mengatakanya sampai 7 kali)” jelas Rasulullah.

Suasana di majlis pertemuan itu hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih- lebih lagi Saidina Abu Bakar.Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan demikian. Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna. “Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? ” Saidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mula menyerabut fikiran.”Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku (yang kemuliaanya jauh lebih utama) tetapi bukan saudara- saudara (yang) ku (maksudkan),” suara Rasulullah bernada rendah (karena ingin berbagi kasih dengan umatnya yang hidup setelah para sahabat).”Kami juga saudara-saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan- lahan sambil tersenyum. Kemudian baginda bersuara, “Saudara (yang) ku (maksudkan) ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai utusan Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka.” “Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan (al- Quran) dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu (al- Quran). Mereka membela aku seperti kalian
membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu ” ucap Rasulullah Sollallahu Alaihi wa Sallam.

Rasulullah membagi kasihdan kecintanya keseluruh umatnya, walau mereka di akhir zaman dan belum sempat melihatnya di dunia. Shollu ala Sayyidina Muhammad.

0 komentar:

Post a Comment

Himbauan Berkomentar !
1. Berkomentarlah menggunakan akun google
2. Tidak boleh spam dan harus sopan
3. Jangan tulis link aktif karena admin akan menghapusnya